Breaking News

Teori Mirror Effect dalam Pilkada


 

Irna punya mentor politik dari suaminya, yaitu Dimyati Natakusumah. Iti punya mentor dari ayahnya yaitu Jayabaya sedangkan mentor Airin diantaranya dari Ratu Atut Chosiyah.


History pilkada mayoritas menggunakan teori mirror effect, yaitu efek cermin.  Sederhananya teori ini begini, ketika ada seorang calon kepala daerah dari kalangan artis maka pada kubu lawan pun akan menyiapkan seorang artis. Pengusaha juga akan dihadapkan lawan dari pengusaha, perempuan juga akan dihadapkan sesama perempuan.


Mengapa teori ini dipakai? Diantaranya adalah untuk mengimbangi permainan. Misalkan, ada calon seorang artis yang maju pilkada. Kalau dia hanya calon dari kalangan artis satu - satunnya maka dia akan leluasa menggunakan kelebihan itu dibandingkan dengan yang lain.


Ini akan berbeda ketika di pihak seberang juga calonnya seorang artis maka akan menjadi cermin efek dalam pilkada tersebut. 


Perkiraan saya pada Pilkada Banten ditahun 2024 pun akan seperti itu. Dan pernah kejadian dalam sejarah Pilgub Banten, yaitu saat Ratu Atut Chosiyah berhadapan dengan Irna Narulita dan Marisa Haque. 


Gelagatnya ditahun 2024 pun akan serupa, dimana Airin (Partai Golkar) akan dihadapkan dengan Iti Octavia (Demokrat) dan Irna Narulita. Ketiganya memang memiliki pantulan sama, dari perspektif gender sama - sama perempuan. Begitu pun dari perspektif pengalaman di eksekutif, ketiganya sama - sama punya pengalaman kepala daerah.


Airin pernah menjadi Walikota Tangsel dua periode, Iti dan Irna pun sama punya pengalaman kepala daerah. Bedanya kalau Airin sudah mengakhiri jabatannya dengan happy ending dan hasil yang bisa "dijual" karena dinilai berhasil, sedangkan Iti dan Irna posisinya masih menjabat sebagai kepala daerah.


Iti merupakan Bupati Lebak dan Irna Bupati Pandeglang. Dari perspektif personal branding pun ketiganya punya skill, baik dari sisi public speaking, komunikasi intra personal, komunikasi media dan komunikasi massa cuma beda gaya saja diantara ketiganya.


Dari sisi public speaking, Airin memang lebih unggul dan ini wajar mengingat dia pernah mengikuti event nasional sebagai finalis Puteri Indonesia dan Mojang Bandung. Jelas, pada event itu diajarkan bagaimana duduk, bagaimana merangkai kalimat dan kata bisa bertenaga. Skill ini yang membuat Airin unggul dari Irna dan Iti.


Keunikan personal lainnya yang menjadi efek cermin adalah sama - sama hidup dalam keluarga politik.Irna punya mentor politik dari suaminya, yaitu Dimyati Natakusumah. Iti punya mentor dari ayahnya yaitu Jayabaya sedangkan mentor Airin diantaranya dari Ratu Atut Chosiyah.


Dari sisi karakter memang Airin yang berbeda sendiri karena dia berdarah Sunda, sedangkan Irna berdarah Betawi dan Iti berdarah Banten asli. Gaya bicara Airin tentu lebih soft karena ini memang melekat pada seorang perempuan Sunda. 


Sementara Irna dan Iti punya gaya bicara yang mirip mengingat Betawi dan Banten memiliki demografis yang mirip, bahasanya ceplas ceplos. Kalau tidak suka ya pasti akan mengatakan ketidaksukaannya. 


Efek cermin lainnya yaitu soal kekuatan finansial, dimana ketiganya juga punya brankas yang diakui publik cukup untuk biaya pilkada. Kalau toh berbeda besaran brankasnya tetapi tidak begitu signifikan, artinya ketiganya bisa mengimbangi.


Karena ketiganya punya efek cermin maka wajar kalau kemudian publik memperkirakan ketiganya akan masuk lapangan pilkada 2024 mendatang. Hanya saja mungkin yang nanti berbeda adalah posisi, apakah menjadi calon gubernur atau wakil gubernur. Soal ini dalam pandangan saya menunggu hasil pileg karena disanalah nanti peta politik semakin jelas, partai mana yang akan berkoalisi.


Termasuk soal siapa yang akan menang nanti pada ujungnya tentu saja bergantung dari strategi tim mereka. Strategi personal branding, strategi komunikasi, strategi jaringan dan strategi lainnya. Namun fakta politik diantara Irna dan Iti, Irna lah yang sudah punya pengalaman buruk ketika melawan keluarga Ratu Atut Chosiyah karena dia pernah kalah saat Pilgub Banten melawan Atut.


Apakah pengalaman buruk itu menjadi trauma bagi Irna atau justru menjadi pembelajaran semua tergantung Irna menangkap pengalaman itu. Pada akhir tulisan ini saya mengatakan bahwa teori mirror effect ini pasti akan menjadi salah satu pertimbangan elit.


Penulis,
Karnoto
- Founder ANABerita.Com
- Pernah Studi Ilmu Marketing Communication Advertising di Universitas Mercu Buana, Jakarta.
- Mantan Jurnalis Radar Banten
- Mantan Jurnalis Majalah Warta Ekonomi Jakarta

0 Komentar

Type and hit Enter to search

Close