Breaking News

Kisah Ika Dewi Maharani, Satu-Satunya Relawan Wanita Supir Ambulans COVID-19

Dok/Foto:Femina

Salah satu yang tergerak hatinya untuk terjun langsung membantu mengatasi masalah COVID-19 sebagai relawan adalah Ika Dewi Maharani. 


Hingga Kamis (16/4/2020) pukul 12.00 WIB Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mencatat jumlah pasien positif COVID 19 total 5.516 dengan jumlah pasien sembuh menjadi 548 dan jumlah pasien meninggal total 496 orang.


Dengan semakin meningkatnya kasus positif COVID-19 tentunya semakin tinggi kebutuhan akan tenaga medis dan non medis yang berperan aktif membantu proses pengobatan para pasien. 


Pemerintah pun terus membuak kesempatan bagi masyarakat luas untuk terlibat langsung dan turun tangan membantu mengatasi masalah. 


Program relawan COVID-19 pun mendapat sambutan luar biasa. Ketua Koordinator Relawan Gugus Tugas Penanganan COVID-19, Andre Rahadian, mengatakan bahwa sebanyak 23.472 orang terdaftar dalam relawan COVID-19, berdasarkan data per Kamis (16/4). 


Dari jumlah tersebut 4.401 orang di antaranya merupakan relawan medis, sementara 19.071 orang lainnya termasuk relawan non-medis. Para relawan ini tersebar dari provinsi Aceh hingga Papua, dengan jumlah terbesar ada di wilayah Jawa Barat, sekitar 5.900 orang.


Salah satu yang tergerak hatinya untuk terjun langsung membantu mengatasi masalah COVID-19 sebagai relawan adalah Ika Dewi Maharani. 


Wanita yang memiliki basic perawat ini menjadi satu-satunya relawan medis wanita di bawah naungan Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, yang bertugas sebagai supir ambulans.


Ambulans menjadi salah satu perangkat vital saat ini, dimana angka kasus COVID-19 di Jakarta yang semakin meningkat. Jumlah petugas ambulans yang kurang memadai, membulatkan tekat Ika menjadi supir ambulans untuk mobilitas pasien COVID-19.


"Dengan keahlian yang saya miliki, saya bisa menyetir, saya basic perawat, jadi pas saya sesuai dengan panggilan hati, dengan kemampuan yang saya punya, saya harus melayani," ujar Ika dalam konferensi pers secara daring di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (16/4).


Tergabung dalam sebuah asosiasi profesi perawat Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI), Ika berasal dari Maluku Utara, namun berkuliah di Surabaya. 


Selama menjalani tugas sebagai relawan supir ambulans untuk pasien COVID-19, Ika mengaku menjalani hidup di mess yang disediakan BNPB. Ia sendiri bertugas di rumah sakit Universitas Indonesia.


Berprofesi sebagai perawat, menangani pasien di rumah sakit menjadi hal biasa bagi Ika. Namun, mengantarkan pasien ke rumah sakit menjadi persoalan lain. 


Dia mengaku menjadi supir ambulans merupakan pengalaman pertama dalam hidupnya. "Untuk ambulans baru pertama kali di dalam hidup saya, tapi ya gitu, ternyata di ambulans tidak semudah yang kita bayangin," kata Ika.


Tantangan terberat yang Ika hadapi dari jalanan ibu kota adalah kurangnya kesadaran pengguna jalan raya untuk memberikan jalan atau memprioritaskan ambulans. 


“Sudah bunyikan sirine, tapi kadang orang-orang di sekitar kita tidak peka untuk memberikan jalan buat kita karena kita mengangkut pasien,” katanya. 


Ika pun sangat mengapresiasi pengguna jalan yang dengan kesadaran mau memberikan jalan, “Jadi kita tetap bisa cepat membawa pasien ke tempat yang dirujuk," dia melanjutkan.


Mengemban tugas untuk mengantarkan pasien dalam pengawasan (PDP) atau pun pasien positif COVID-19 membuat Ika berisiko besar terinfeksi virus corona. 


Dalam menjalankan tugasnya itu, dia mengatakan safety adalah kunci utama. Menggunakan alat perlindungan diri (APD) menjadi wajib bagi Ika sebelum berangkat bertugas. Tidak hanya agar dirinya aman, tetap juga agar para pasien tetap aman.


Meski telah mengenakan APD, sebagai manusia biasa, Ika mengaku perasaan takut ada dalam dirinya, namun semangat kemanusiaan yang dia rasakan jauh lebih tinggi. 


"Rasa takut ada pasti, cuma ini harus kita lihat lagi, ini adalah tugas bagi kita sebagai relawan medis, kita harus menangani pasien dari awal sampai akhir pasien itu kita harus tangani," ujarnya.


Untuk menjaga imunitas tubuh sebagai cara untuk melawan virus corona selama menjalankan shift 12 jam sehari, Ika selalu menyempatkan diri untuk makan teratur dan istirahat yang cukup.


"Shift pagi dari jam 7 sampai jam 7 malam, itu pertama harus makan dulu. Selesai absen kita makan, sambil tunggu ada panggilan untuk kita rujuk. 


Setelah itu selesai, baru kita bisa makan siang. Yang penting makan harus sehari tiga kali, multivitamin, dan susu," kata dia.


Dengan usaha terbaiknya mengabdikan dirinya sebagai sukarewalan COVID-19, Ika berharap pandemi yang menyerang dunia ini dapat segera berakhir. 


"Dengan kita mengabdikan diri sebagai relawan kita harap penanggulangannya ini semakin cepat, jadi bencana ini cepat akan berakhir," ujar Ika.


Seiring dengan kebutuhan rumah sakit rujukan dan rumah sakit darurat akan tenaga dokter dan perawat terus masuk, Gugus Tugas akan membuka terus dan mengajak mengajak seluruh relawan medis untuk turut berpartisipasi. Demikian pula dengan relawan non-medis.


Hingga saat ini hampir 80% relawan non-medis COVID-19 sudah menjalani pelatihan dan siap untuk diterjunkan langsung sebagai gugus terdepan dalam memutus penyebaran COVID-19. 


Sebagian besar mereka yang mendaftar sebagai relawan COVID-19, memiliki semangat kemanusiaan dan rasa gotong royong yang tinggi. (Sumber:Femina)

0 Komentar

Type and hit Enter to search

Close