BANTENPERSPEKTIF.COM, KOTA SERANG-- Hari Kartini mengingatkan kita kepada perjuangan Kartini di masanya. Perjuangan yang tak kenal lelah yang ingin membuktikan bahwa perempuan bisa melakukan sesuatu di luar kebiasaan yang berlaku saat itu, perempuan bisa berkarya dan bermanfaat bagi orang lain tidak sebatas manfaat untuk keluarga saja.

Demikian dikatakan Tifa Najib Hamas terkait perayaan Hari Kartini. Menurutnya, pesan Kartini yang utama adalah pentingnya kaum perempuan tahu bahwa banyak peran yang bisa diambil, tidak hanya peran internal dalam keluarga yng memang sudah menjadi kewajibannya (peran domestik), tapi juga memainkan peran yang lebih luas. 

"Tapi emansipasi yang menjadi spirit Kartini bukan berarti harus menuntut kesaamaan denga kaum laki-laki dalam segala hal. Semua ada porsinya maisng-masing," kata Istri Najib Hamas ini.

Ditambahkan Tifa, memaknai emansipasi secara utuh dan siap bermitra dengan kaum laki-laki. Menyadari bahwa setiap perempuan itu istimewa dan bisa memberikan sumbangsih untuk kepentingan anak-anak, keluarga dan masyarakat.

Lalu pesan apa untuk Kartini Masa Kini? Tifa menuturkan beberapa pesan, yaitu memaksimalkan.perannya sebagai istri yang patuh terhadap suami mendidik anak-anak agar menjadi  sholeh dan sholehah. "Selain itu Kartini modern hendaknya bisa berperan aktif dalam masyarakat serta membantu  meningkatkan pemberdayaan perempuan di sekitarnya," kata Tifa.

Masih menurut Tifa, perempuan masa kini kadang  terlalu bersemangat dengan emansipasi sehingga banyak yang  menuntut kesamaan dengan laki-laki di luar fitrahnya. Bahkan, kata dia,  sampai melupakan fitrahnya sebagai perempuan. "Perempuan harus memahami fungsi domestiknya terutama perannya sebagai madrash pertama bagi anak-anaknya," kata Tifa.

Sementara terkait perayaan Hari Kartini, Tifa berharap agar perempuan masa kini kini tidak hanya sebatas seremonialnya, seperti baju kebaya dan  pakaian adat lainnya.  "Itu bagus untuk mengingatkan kita juga bahwa Indonesia kaya akan budaya, tetapi tidak boleh melupakan poin pentingnya, yaitu Kartini membuka mata perempuan Indonesia untuk bisa berkiprah dibanyak sektor, tapi dengan tetap menyadari fitrahnya sebagai perempuan," tutup Tifa.

PENULIS |  TRI WULANDARI
FOTO | DOC. PRIBADI