.jpg)
Gemetaran saya kali pertama pegang tangan dia di atas panggung pengantin sampai keringat dingin keluar.
"Mau ga berjuang sama saya" itu kalimat saya ke istri ketika mengajak menikah. Jadi bukan ngajak nikah. Kalimatnya berjuang. Seingat saya bertemu cuma tiga kali, itu pun ada jedan berbulan-bulan bahkan terakhir sebelum ngajak menikah hampir dua tahun tidak bertemu.
Komunikasi pun tidak karena dulu belum ada smartphone. Tapi karena memang jodoh segalanya dimudahkan. Posisi dia sebenarnya ada laki-laki yang naksir cuma setelah istikharoh kata dia munculnya wajah saya makanya dia memilih saya.
Singkat cerita, jadilah kami menikah dan karena saya tidak pernah pacaran jadi belum pernah merasakan rasanya pegang tangan wanita. Jujur saja saya gemetaran setelah ijab qabul dan disuruh pegang tangan dia.
Sebaliknya dia juga sama, berulangkali dia menolak dan melepas padahal sudah sah menjadi suami istri. Saya tidak berani memandang wajah dia, dia juga sama tidak berani melihat wajah saya.
Gemetaran saya kali pertama pegang tangan dia di atas panggung pengantin sampai keringat dingin keluar. Jadi tidak ada foto pra wedding, boro - boro foto pra weding, tidak ada.
Setelah menikahlah baru kami pacaran, jalan gandengan, keliling komplek gandengan, naik motor pelukan dan tangannya dia saya pegang. Miriplah orang pacaran, bedanya kita pacaranya setelah menikah jadi bebas.
Singkat cerita, jadilah kami menikah dan karena saya tidak pernah pacaran jadi belum pernah merasakan rasanya pegang tangan wanita. Jujur saja saya gemetaran setelah ijab qabul dan disuruh pegang tangan dia.
Sebaliknya dia juga sama, berulangkali dia menolak dan melepas padahal sudah sah menjadi suami istri. Saya tidak berani memandang wajah dia, dia juga sama tidak berani melihat wajah saya.
Gemetaran saya kali pertama pegang tangan dia di atas panggung pengantin sampai keringat dingin keluar. Jadi tidak ada foto pra wedding, boro - boro foto pra weding, tidak ada.
Setelah menikahlah baru kami pacaran, jalan gandengan, keliling komplek gandengan, naik motor pelukan dan tangannya dia saya pegang. Miriplah orang pacaran, bedanya kita pacaranya setelah menikah jadi bebas.
Mau sandaran, pegangan tangan. Saat ke kantor Radar Banten istri saya ajak sengaja mau mengenalkan ke teman-teman kantor karena mereka juga tidak tahu dan tidak pernah melihat istri sebelumnya.
Saat datang ke kantor dan gandengan tangan teman-teman sorak sorak ramai karena memang saya tidak pernah bawa perempuan atau pacaran.
Pacaran setelah menikah memang nikmat, tidak ada lagi yang marah dan curiga. Saat baru menikah kartu nikah saya bawa kemana-mana, takut ada razia dan ditanya satpolpp tinggal tunjukin kartu nikah ha ha ha ha.
Alhamdulillah pernikahan kami sudah masuk 18 tahun, sebuah perjalanan yang lumayan panjang dengan dinamika yang luar biasa dan menguras emosi. "Kita harus jatuh cinta berkali-kali kepada perempuan yang sama, begitu cara merawat cinta"
Seiring berjalanya waktu, kami juga melakukan update tentang berbagai hal termasuk simpul-simpul komunikasi. Semisal dulu istri kalau mau berangkat kerja cuma cium tangan, tapi sejak dua tahun terakhir bukan cium tangan tapi cium bibir.
Jadi pengalaman saya sepanjang menikah 18 tahun banyak belajar, saya belajar istri juga belajar karena kita akan dihadapkan dengan persoalan yang berbeda.
Masalah baru menikah hanya seputar keinginan punya rumah dan anak. Nanti ketika punya anak masalah akan lain lagi begitu seterusnya jadi mesti saling belajar.
Kota Serang,
Penulis,
Karnoto
0 Komentar