![]() |
| Dari kanan : Rihdo-Aku dan Ima saat ngopi sore di kantin DPRD Provinsi Banten, Rabu 19 November 2025. |
Jodoh itu cerminan diri kita, jadi kalau kamu berkelas Insya Allah jodohmu nanti juga berkelas,
Penampilannya sederhana, elegan dan sopan. Gaya bicaranya tidak terlalu ekspresif tapi juga tidak terlalu lemah gemulai. Isi pikiranya progresif dan punya semangat belajar.
Ketika diskusi dengan gadis ini ada energi terkoneksi karena dia mendengarkan, merekam dan merespon dalam pikirannya yang masih original. Satu hal lagi yang dia miliki boleh dibilang dia perempuan mandiri karena belajar untuk biaya kosan sendiri dengan memanfaatkan skillnya sebagai MC.
"Emang kalau jadi MC dapat honor berapa?" tanya saya kepada dia saat ngopi bareng. Lalu dia ceritakan kalau MC event tidak full acara kurang lebih Rp 500 ribu, tapi kalau MC Wedding dan full acara bisa dapat honor Rp 1 juta.
"Lumayan dong, kalau sebulan ada 10 kali dah dapat tuh Rp 10 juta. Hebat, keren ini baru perempuan berkelas," kata saya menyemangati dia.
Dia asli kelahiran Kecamatan Tunjungteja, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, sebuah daerah yang cukup terkenal karena disini tanah kelahiran Ketua DPRD Provinsi Banten, Fahmi Hakim.
Meski baru dua kali berdiskusi dengan gadis ini. Tapi saya meyakini kalau dia gadis yang memiliki cita-cita melambung dan berani mengejar mimpinya itu. Dia tahu tidak mudah meraih apa yang dia impikan tapi dia punya keyakinan akan sampai ke titik itu, entah kapan waktunya.
Hidup itu yang penting arah, bukan kecepatan. Buat apa cepat tapi nabrak dan ga jelas jalannya. Lebih baik pelan tapi arahnya jelas," kata saya ke dia.
Dia tersenyum dan paham apa yang saya maksud dari kalimat itu. Gadis ini belajar Syariah Universitas Islam Negeri Sultan Maualana Hasanudin Banten. Dia juga aktif di organisasi kemahasiswaan bahkan dia menjadi ketua di kampusnya.
"Lagi kabut sebenarnya Bang, malah dijadiin ketua, hahahah," kata dia sembari tertawa. Lalu saya sampaikan cerita bahwa seorang perempuan kalau ingin dapat pasangan berkelas maka dirinya juga harus berkelas. "Jodoh itu cerminan diri kita, jadi kalau kamu berkelas Insya Allah jodohmu nanti juga berkelas," kata saya kepada gadis yang memiliki nama lengkap Ima Mahdawani.
Mendengar kalimat itu ekspresi wajah dia seperti ingin langsung terbang mengejar elang. Dia seperti dapat energi baru dan menambah semangat dirinya untuk merubah dirinya sebagai perempuan berkelas. Gadis yang suka dipanggil Ima ini hamble dan komunikatif sehingga saat bertemu ada energi keakraban dengan dia.
Kepribadian ini terlihat sepele tapi justru terkadang hal-hal semacam inilah yang membuat seseorang bisa sukses. "Doain Bang, semoga Ima bisa sukses. Selesai kuliah dan punya arah yang jelas," kata dia.
Ngopi di Kantin Parlemen
Sejak pagi awan menggantung, menari-nari di atas langit sehingga suasananya teduh, seteduh mereka yang baru gajian. Sore itu (Rabu, 19 November 2025) sekira pukul dua siang saya lanjut diskusi dengan Ima.
"Sori Bang telat soalnya hujan gede jadi berteduh dulu," kata dia di whatsapp. Memang hujan sore itu cukup deras. Kami janjian di kantin DPRD Banten karena tidak jauh dari ruang kerja.
Setelah menunggu setengah jam akhirnya dia datang dan kita pun ngopi bareng. Kopi bagi saya adalah teman diskusi yang paling elegan karena menjadi sarana diplomasi universal yang bisa diterima oleh siapapun, termasuk para kaum hawa.
Kami diskusi tentang berbagai hal, mulai dari masa depan, kuliah, politik, gerakan termasuk soal kehidupan yang terkadang justru lebih menggigit ketimbang urusan belajar di kampus.
Tradisi ilmiah memang harus dirawat apalagi bagi klaster kampus, seperti mahasiswa dan aktivis. Sebab dunia kampus adalah tempat paling kondusif untuk merawat tradisi ilmiah.
Semangat Gadis Tunjung !
Kamis, 20 November 2025
Penulis,
Karnoto


0 Komentar