Breaking News

Merawat Tradisi Ilmiah Bersama HMI



Sehebat apapun kita orasi, secerdas apapun kita berdebat kalau arah perjalanan hidup kita tidak jelas maka proses dan ujungnya pun tidak akan pernah jelas,

Dalam setiap momen bertemu dengan generasi muda selalu saya sampaikan kepada mereka bahwa "arah lebih penting daripada kecepatan". Ada beberapa hal kenapa kalimat ini sering saya sampaikan kepada mereka.

Pertama, dalam beberapa momen diskusi atau ngobrol sembari ngopi mayoritas dari mereka belum tahu arah perjalanan hidupnya. Padahal dari arah inilah segalanya dimulai, apakah mau ambil jalur kanan, kiri atau lurus.

Dan dari arah ini pula seseorang bisa menentukan rute perjalanannya, terminal sebagai tempat pemberhentian sekaligus dimana akan berhenti sebagai terminal akhir peralanan selama hidup di dunia.

Alasan kedua adalah ingin mengajak mereka memvisualisasikan masa depan sehingga ada potret yang jelas akan menjadi apa sebenarnya diri kita. Soal kemudian takdir Tuhan menginginkan lain itu cerita lain. Tapi kita juga boleh memilih arah perjalanan yang kita inginkan.

Saat itu diskusi bersama teman-teman Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) MPO Serang pun saya sampaikan hal sama kepada mereka. "Sehebat apapun kita orasi, secerdas apapun kita berdebat kalau arah perjalanan hidup kita tidak jelas maka proses dan ujungnya pun tidak akan pernah jelas," begitu kata saya kepada mereka.

Saya sampaikan kepada bahwa posisi yang mereka jalani sekarang ini pernah saya alami sehingga saya mengerti dan memahami problematikan yang dihadapi mereka. Selain persoalan kuliah, organisasi, asmara juga masih buramnya potret masa depan.

Dunia aktivis sekarang berbeda dengan era 80,90-an karena itu keniscayaan seiring perubahan zaman, perkembangan teknologi dan pergeseran demografi sosial politik dan ekonomi yang ada saat ini.

Ada realitas yang berbeda diera saya ketika menjadi aktivis. Dulu mungkin orang yang bisa kuliah sangat terbatas, jumlah kampus juga terbatas. Tapi kalau sekarang anak-anak pelosok sudah banyak yang bisa kuliah seiring hadirnya kampus-kampus di daerah.

Ini tentu berdampak terhadap cara berpikir termasuk peluang kerja sarjana di dalamnya. Ketika dimasa saya satu kampung mungkin hanya anak orang kaya yang bisa kuliah, tapi sekarang anak orang biasa pun bisa kuliah dan menjadi sarjana. Artinya status sarjana itu sudah menjadi hal biasa dan tidak begitu istimewa lagi karena akses pendidikan kuliah sudah bisa dijangkau.

Efeknya adalah kita tidak bisa hanya mengandalkan ijazah sarjana untuk bersaing karena sudah hal biasa. Maka dari itu, para sarjana khususnya aktivis harus punya bekal lebih dari itu selain kemampuan mengorganisir orang, kemampuan komunikasi dan kemampuan lobi.

Penulis,
Karnoto

0 Komentar

Type and hit Enter to search

Close